NEGARA HARUS MELINDUNGI ANAK-ANAK MISKIN DARI KEKERASAN SOSIAL, EKONOMI, PSIKOLOGIS, FISIK, SEKSUAL, MAUPUN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH APARAT NEGARA!

Sabtu, 13 Oktober 2007

Anak Miskin Indonesia dan Kapitalisme Global

Oleh Andri Cahyadi*
"Ketika Kapitalisme Global membentuk watak masyarakatnya, dia memberangus apa saja, bahkan, manusia turut diperjualbelikan sebagai komoditas, kaum paedophil telah membunuh masa depan ratusan anak miskin Indonesia"

Ketertindasan Anak miskin sebagai komoditas baru
Dalam k
urun waktu satu dekade kasus kekerasan terhadap anak-anak semakin meningkat. Ironisnya anak-anak yang menjadi korban berasal dari negara-negara berkembang khususnya untuk kasus paedophil. Faktor kemiskinan dan ketidakberdayaan anak-anak ini adalah sebab mengapa akhirnya mereka menjadi korbannya.

Dalam sebuah media release, Bernadette McMenamin, CEO dari Australias leading
International child protection agency organisasi yang bekerja dengan anak, mengungkapkan, bahwa setahun terakhir ini, lebih dari 18 orang warga Australia telah melakukan kejahatan dan kekerasan seksual terhadap anak dalam berbagai bentuk, antara lain, menjadi bagian dari jaringan paedophil Internasional, penyebaran pornografi dan melakukan perdagangan pornografi anak (child-sex abuse, importing child pornography, and paedophile network). Dalam kesempatan itu pula Ia mengungkapkan bahwasannya epidemik warga Australia yang menjadi turis seksual anak begitu memalukan bagi negaranya. Kebanyakan dari pelaku, adalah orang-orang yang berpendidikan, memiliki kekuasaan, seperti menjabat sebagai diplomat, guru bahasa pada umumnya, photographer, dan bahkan sukarelawan di NGO yang mengurusi anak.

Di Indonesia sendiri lebih dari 173 kasus paedophil (data dari salah satu stasiun TV swasta) telah terj
adi dan menimpa anak-anak ditanah air. Salah satunya yang berhasil diungkap, di Jakarta, dilakukan oleh Peter W Smith (AUSTRALIA) yang akhirnya dapat dilaporkan kepada pihak kepolisian. Peter ditangkap pada tanggal 5 Agustus 2006 di Jakarta selatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan polisi, ia mengakui telah melakukan pelecehan seksual sejak tahun 2000 kepada lebih dari 50 anak Indonesia, Vietnam, Cambodia. Korban ini selain dilecehkan juga direkam dalam setiap kali. Besar kemungkinan Peter W Smith (48) telah melakukan sebuah Industri seksual anak, yang kemudian dokumenter film tersebut didistribusikan dan meraup keuntungan secara ekonomi. Meskipun dalam pengakuan penyidikan kepolisian, Peter menolak tuduhan memperdagangkan hasil rekamannya itu.

Melihat keadaan tersebut dampak masyarakat yang dibesarkan oleh tatanan kapitalisme global saat ini, betapa telah melahirkan sebuah fenomena baru. Anak-anak miskin telah menjadi korbannya, anak-anak ini dijadikan komoditas atau barang dagangan yang diperjualbelikan oleh komunitas paedophil secara global pula, baik melalui media internet atau sindikat perdagangan VCD atau DVD pornografi anak. mereka telah memanfaakan keadaan anak-anak miskin di negara berkembang,karena kapitalisme global yang memberikan ruang bagi kejahatan ini.

Kapitalisme Global bagi Anak miskin negara-negara berkembang
Sekali lagi, maraknya kejahatan seksual anak baru-baru ini kerapkali banyak terjadi di negara-negara berkembang (masih miskin). seperti di Indonesia, Vietnam, India, Cambodia, Philipines, dan Thailand.

Ketidakberdayaan dan kemiskinan anak-anak ini seringkali dimanfaatkan oleh para penjahat seksual anak Internasional. Mereka para terpelajar yang memilih korbannya berdasarkan analisa dan pendekatan keamanan,yang telah mereka perhitungkan, didasarkan kepada terpinggiran serta keacuhan masyarakat dan pemerintah negara-negara berkembang terhadap anak-anak miskin, mereka memproduksi perdagangan pornografi anak.

Salah seorang pelaku (Peter W Smith) mengakui, bahwa, anak jalanan (anak miskin) yang menjadi korbannya adalah kelompok yang tidak beresiko tinggi bagi perbuatannya itu, ketidakpedulian pemerintah dan masyarakat, telah dimanfaatkannya sedemikian rupa sehingga aksinya telah bertahan hingga lima tahun lamanya.

Nampaknya ketidakpedulian pemerintah dan kemiskinan yang diderita oleh keluarga miskin dinegara-negara berkembang telah menciptakan sebuah keadaan yang akhirnya dimanfaatkan oleh para jaringan paedophil internasional.

Mereka membuat ketergantungan ekonomi kepada korban dengan memberikan sejumlah uang, sehingga korban tak merasa bahwa dia telah dimanfaatkan dan disesatkan dalam keadan yang tidak akan pernah mereka mengerti sebelumnya. Tanpa sadar anak-anak ini telah diperdagangkan seperti barang dagangan (komoditas), baik dalam bentuk pornografi, seksual, maupun perdagangan manusia dalam kasus tertentu.

Kapitalisme global, telah mencengkram hidup anak-anak ini melalui jaringan internasional paeodophil sekaligus memperdagangkan pornografi anak-anak sebagai sebuah produk dan penciptaan pasar baru dalam komunitas mereka.

Mengubah cara pandang dunia bagi anak miskin
Jika kita menengok kembali kepada sejarah, pada saat peperangan kedua ideologi besar telah membentuk tatanan dunia manusia modern, yaitu kapitalisme dan Sosialisme, yang kemudian dimenangkan oleh kapitalisme, sekarang dampaknya begitu nyata. Kapitalisme telah merusak anak-anak miskin negara-negara ketiga, sebagai komoditas para masyarakat kapitalis yang meraup keuntungan ganda (mutualism) yaitu mendapatkan kepuasan sex dan uang penjualan pornografi anak tersebut. Kapitalisme bagi anak-anak miskin ini merampas kemanusiaan dan yang menyisakan derita juga trauma seumur hidupnya, ini adalah bentuk lain kemenangan dari kapitalisme yang semakin mengakar dan mendunia.

Persoalannya sekarang, Jika kita memang masih percaya dengan kemanusiaan, kini saatnya kita mengubah cara pandang diri kita dan dunia macam apa yang menggenggam anak-anak miskin ini.

Seharusnya mereka yang tumbuh dan berkembang dengan segala kekuatan sejak belia dari hari ke hari yang penuh dengan peluh derita, selayaknya dan harus kita hargai serta lindungi sebagai tanggung jawab kita bersama, sebagai manusia tentunya, yang jelas-jelas yang membedakan kita dengan binatang.

Kita tak boleh membiarkan para paedophil ini terus memproduksi pornografi anak dan merusak perkembangan mereka dengan kekerasan seksual, membiarkan mereka tumbuh dalam jerat dan terali-terali kapitalisme yang memperdagangkan, menindas, membinasakan masa depan anak-anak miskin, karena ulah kita sendiri, masyarakat yang telah berwatak kapitalistik!.

*Penulis adalah Pendiri Jakarta Centre for Street Children (JCSC)

Tidak ada komentar: