NEGARA HARUS MELINDUNGI ANAK-ANAK MISKIN DARI KEKERASAN SOSIAL, EKONOMI, PSIKOLOGIS, FISIK, SEKSUAL, MAUPUN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH APARAT NEGARA!

Jumat, 30 Mei 2008

Bocah-Bocah Pasar


Bau busuk sampah menyeruak. Orang-orang pasar, sopir angkutan kota, calo-calo, tumpah ruah. Sibuk, tak karuan. Rel-rel kereta api masih hangat oleh deru mesin kereta api yang baru saja lewat.

Pagi itu stasiun Kiaracondong sudah terik. Para calon penumpang berebut kursi tunggu. Ramai pasar menyaingi bising stasiun.

Kopral, nama aslinya Rian Daryanto. Dia pemuda yang menemani saya duduk di depan pintu rel kereta api. Tak lama, dua orang bocah menghampirinya tergesa-gesa. Badannya kotor, bau dan bertelanjang kaki. Kotoran menempel di mana-mana. Di sudut mata, hidung dan mulut. Membuat orang enggan melihatnya.

“Si Gugun minta mie,” kata Yadi, salah satu dari bocah itu sambil menenteng satu cup mie instan bekas. Cup itu diisi ulang dengan mie instan seduh setengah matang. Rupanya Yadi tak senang dengan sikap Gugun. Dia tak rela berbagi mie.

Gugun mengikutinya dari belakang. Tangan kanannya diumpatkan di balik kaos lusuh yang menggantung di tubuhnya. Sebentar-sebentar dia menghirup lem Aibon dari balik kaosnya. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Gugun. Tapi dia terus merengek meminta mie.

“Gancang..mumpung batur can hudang,” (cepat, mumpung orang lain belum bangun) kata Yadi sambil menyodorkan cup mie kepada Gugun. Sekejap, mie seduh habis, tak setetes kuah pun tersisa.

Kedua bocah itu lalu menghirup lem aibon lagi dalam-dalam. Rongga dadanya kembang kempis.

“Tidur dimana tadi malam?”

“Di pasar,” kata Yadi. Sementara Gugun senyum-senyum sendiri, sorot matanya hambar. Mabuk lem.

Lem Aibon adalah jenis perekat yang biasa digunakan merekatkan benda-benda keras, macam kulit, plastik keras dan kain. Warnanya kuning pucat.Baunya khas, tajam. Bagi anak-anak itu lem Aibon punya kegunaan lain. Jika dihisap, uap lem itu bisa membuat pusing bahkan sampai mabuk. Dengan cara ini mereka bisa menciptakan khayalan-khayalan, menjadi seolah-olah nyata. Mereka bisa sesaat lupa atas apa-apa yang menyumbat kehidupannya.

“Bisa menghayal makan enak. Terus punya ini, punya itu,”kata Yadi

Satu kaleng kecil lem harganya 1000 rupiah. Hingga tidur menjelang, anak-anak biasanya memerlukan sedikitnya 2 kaleng lem. Mereka mengisap uap lem sepanjang hari hingga lem itu kering. Lalu ganti dengan kaleng berikutnya. Begitulah saban hari, hanya lelap tidur yang memisahkan mereka dari uap racun itu.

Lalu ia berlari-lari kecil, tak peduli dengan laju kendaraan di sekitarnya. Hanya berlari, tidak mengejar apapun.

Pasar Kiaracondong berhimpitan dengan stasiun kereta api terbesar kedua di kota Bandung. Pasar tradisional ini juga diapit oleh dua supermarket besar di utara dan selatan. Timpang. Corak kehidupan yang berbeda, tapi bergesekan.

Pemerintah Kota Bandung membangun jalan layang di atasnya untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas yang hampir setiap saat terjadi di pasar itu. Tapi pasar itu jarang absen dari macet. Bahkan kepadatan orang berselisish dengan tumpukan sampah di mana-mana, setiap hari. Kadang-kadang sampah di kantung plastik bergelayutan di pagar-pagar besi pembatas jalan.

Siang itu, matahari sangat terik. Orang-orang pasar bersembunyi di kios-kiosnya. sementara anak-anak jalanan bergerombol di bawah jalan layang, di pinggir-pinggir pagar besi.

Seorang anak baru saja keluar dari sebuah kios. Bawa lem Aibon yang ia sembunyikan di balik kaos. Ia tersenyum kepada saya, mengamati saya lama-lama, tak bersuara.

“Siapa namamu?” tanya saya.

Ia tak menjawab, hanya tersenyum lembut. Mungkin akibat pengaruh lem itu, daya responnya sangat rendah.

“Beurit,” ujar Santi, anak perempuan sebayanya menimpal. Beurit istilah Sunda untuk binatang jenis tikus.

“Lihat saja rupanya, kayak tikus kan?” ujar Santi terbahak, sejenak kaleng lem diturunkan dari hidungnya.

Santi, baru saja menginjak usia remaja. Usianya sekitar 14 tahun. Ciri-ciri kewanitaannya sudah timbul. Dadanya terlihat menyembul tanpa bra. Pinggulnya membengkak seperti kebanyakan anak perempuan yang menginjak remaja. Badannya kotor dan bau.

Santi tinggal di sebuah gubuk tak berdinding. Hanya atap terpal yang disanggah oleh bambu-bambu kurus yang melindunginya. Ada beberapa pria dewasa bertato yang tinggal di bawah atap itu.

Saya berkunjung ke tempat itu, membuyarkan percakapan pria-pria itu.

“Dari yayasan mana?” ujar Norit salah satu di antara mereka.

“Mobilnya parkir dimana? lanjutnya lagi, sebelum saya menjawab pertanyaannya.

“Saya bukan dari yayasan dan tak membawa mobil,” jawab saya.

“Ah, bohong. Orang yang mendatangi kami, pasti bermobil,” ujarnya

Mereka punya kesan tak baik soal yayasan. Bahkan mereka berniat membuat yayasan sendiri. Itu yang saya dengar dari percakapan mereka

“Wajar saja mereka bersikap seperti itu, mereka itu kan tahu yayasan punya banyak uang,” ujar Sarlistianto, ketua Yayasan Solidaritas Masyarakat untuk Anak atau SEMAK, ketika saya menghubunginya melalui telpon.

“Sejak di yayasan, saya kan punya motor, mungkin mereka iri, sementara mereka begitu begitu saja hidupnya,”lanjutnya.

Yayasan ini, mencatat jumlah anak jalanan di Bandung yang berusia kurang dari 18 tahun mencapai 4 ribu orang. Tersebar dibeberapa titik. Pemerintah lebih tak bertanggungjawab lagi. Anak-anak itu ditangkap pada saat ada penertiban. Mereka dipisahkan dari komunitasnya. Tapi tak memberi solusi, mereka malah ditelantarkan lagi.

Anak-anak yang saya temui tak tahu riwayat hidupnya. Lahir tahun berapa? Orang tuanya siapa? Mereka tak tahu berasal darimana.Ingatan mereka dijejali dengan ruang-ruang jalanan.

Anak sangat tergantung kepada orang dewasa. Mereka mahluk lemah yang harus dilindungi dan dibantu untuk mendapatkan haknya. Mereka sangat rentan ekploitasi, rentan dari tindak kekerasan. Rentan dari perlakuan semena-mena.

Karakteristik anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa, Anak butuh perlakuan khusus. Itulah sebab terbentuknya Konvensi Hak Anak (KHA). Perjanjian ini mengikat antar beberapa negara untuk mengatur hak dan perlindungan anak. Tentu saja perjanjian ini bagian dari penerapan Hak Azasi Manusia (HAM).

Indonesia adalah termasuk negara yang menandatangani perjanjian ini. Jika demikian setidaknya anak tidak kelaparan hidup di negara yang secara hukum berkomitmen melindungi anak.

Kopral tak pernah tahu kapan tepatnya ia lahir. Jangankan punya akte kelahiran, sampai sekarang, ia kehilangan jejak keberadaan ayah kandungnya. Sejak usia 5 tahun sudah di jalan akibat ditinggalkan oleh pamannya di Tanjung Priuk. Masa kecilnya suram, tak kenal mainan apalagi sekolahan.

Ia hanya tahu bagaimana mengganjal perut. Adegan perampokan, pemerkosaan, sodomi dan pembunuhan, akrab dengan matanya. Semuanya sudah biasa, seperti udara yang ia hirup cuma-cuma.

“Saya tidak tahu berapa umur saya sekarang. Di KTP (Kartu tanda penduduk), umur saya 32 tahun, tapi perasaan saya berkata umur saya baru 23 atau 24 tahun,” kata Kopral menerka-nerka.

“Robod gedek itu, teman saya,” katanya.

Robot Gedeg terpidana mati kasus sodomi dan pembunuhan terhadap anak-anak. Pertengahan 2006, ia meninggal sebelum dieksekusi mati. Korban empuknya anak-anak jalanan yang tak punya tempat pulang. Yang hanya bisa pasrah pada kenyataan.

Kereta api baru saja tiba dari arah timur kota Bandung. Saat itu kemarau masih belum rela kedatangan hujan, meski kalender sudah menginjak Juli.

Dari pintu-pintu gerbong orang-orang meluap. Ada yang keluar, ada yang masuk. Biasanya anak-anak itu, berlari memburu kereta, mengais remah-remah nasi bekas penumpang atau sisa gigitan pada seonggok kue, atau plastik bekas minuman kemasan untuk mereka kumpulkan. Kalau sudah banyak baru mereka jual plastik itu. Per kilogramnya mereka tukar dengan harga 800 rupiah.

Tapi, siang itu kereta kehilangan anak-anak jalanan. Tak ada suara kaki-kaki yang berlarian di atas gerbong. Tak ada derai tawa kegembiraan.

Rupanya pintu yang menghubungkan pasar dengan stasiun, hari itu ditutup. Anak-anak tak dapat makan, tak dapat plastik bekas minuman.

(Sebelumnya dimuat di Media Bersama: 25 April 2008)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Indonesian Small Medium Enterprise
Promosikan Produk Usaha Kecil anda di :

JARINGAN USAHA KECIL INDONESIA
Semoga info ini bermanfaat
Salam
Akbar